Pejalan kaki menduduki kasta terendah dalam
hierarki pengguna jalan raya. Bak hukum rimba, pengguna jalan yang
mempunyai jumlah roda paling banyak adalah penguasa. Apa lacur, pejalan
kaki yang tak punya roda satupun, semakin terpinggirkan. Hak-hak pejalan
kaki terampas. Aneh bin ajaib pejalan kaki yang sudah menyeberang pada
tempatnya bisa jadi sasaran kemarahan pengendara kendaraan bermotor
karena tak ingin lajunya terhambat.
Suasana lalu lintas dan cara berkendara masyarakat di suatu kota mencerminkan karakter masyarakat kota tersebut. Si
kuat semakin arogan dengan tak mengindahkan si lemah. Si roda empat
menganggap si roda dua adalah biang kemacetan tapi tak sadar diri kalau
badannya yang bongsor sering hanya memuat satu kepala. Si roda dua
melampiaskan ketidakberdayaannya pada si tak beroda.
Beberapa hari yang lalu saya pernah reblog tulisan
dari mefanny.tumblr.com bahwa orang Indonesia paling bodoh dalam 3 hal
yaitu: membuang sampah, antre, dan bertanya. Mungkin saya perlu
tambahkan satu lagi yaitu: berkendara.
Depok, 24 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar