Kamis, 23 Oktober 2014

Pucuk Tertinggi Akar Terdalam

Semua penting jika menjalankan tugas dan peran masing-masing.
Tak akan ada pucuk tertinggi tanpa ranting, dahan, cabang dan akar yang kokoh.
Tak akan ada mobil balap yang dapat melaju kencang tanpa baut dan sekrup yang saling merekatkan.
Semakin tinggi puncak yang kau daki. Semakin banyak pijakan anak tangga yang membuatmu menjulang.
Tak ada peran kecil karena semua penting.


@rifkihidayat
23 Oktober 2014, selesai ditulis di perempatan Pasar Rebo pagi tadi

Senin, 20 Oktober 2014

Pemimpin Cerminan Rakyat


Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Hari ini lembaran baru sejarah Indonesia dimulai. Pembuka harapan bagi anak bangsa biasa yang bermimpi jadi pemimpin tertinggi negeri ini.



Kalau untuk jadi presiden harus berlatar belakang militer tentu sangatlah eksklusif. Apalagi peluangnya hanya ada jika berhasil berpangkat jenderal. Jenderal hanya mungkin diperoleh orang-orang yang mengenyam pendidikan di akademi militer (akmil). Dari alumni akmil tersebut hanya maksimal 10-30% yang akan bisa meraih pangkat jenderal bintang satu. Peluang semakin mengecil untuk menjadi jenderal bintang 4.





Kalau untuk jadi presiden harus bergelar profesor doktor alangkah lebih malangnya. Saat ini, menurut data  Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jumlah warga negara yang sudah meraih gelar S-3 di Indonesia baru 98 orang per satu juta penduduk. Bandingkan dengan  240 juta rakyat Indonesia.



Kalau untuk jadi presiden haruslah anak presiden pula atau keturunan ulama besar tentu lebih celaka lagi. Bagai menegakkan benang basah. Hampir tak mungkin bagi rakyat jelata.



Pemimpin adalah cerminan orang-orang yang dipimpin. Mungkin Indonesia lebih butuh pemimpin yang membumi. Pemimpin yang memang cerminan kondisi sebagian besar rakyatnya saat ini. 
Selamat bertugas Pakde!

@rifkihidayat
20 Oktober 2014, dalam perjalanan Depok-Bekasi