Selasa, 29 November 2011

Jalan Keluar

Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah acara di Kompas TV yang menampilkan Jusuf Kala sebagai host. Dalam hati saya bergumam,"keren juga ini tv baru bisa bikin JK jadi host." Tiba-tiba saya teringat dulu tahun 2009 pernah memotret beliau dari lantai 2 Gedung Museum Arsip Nasional Jakarta. Sungguh kerinduan semakin kuat akan sosok pemimpin yang berani memperjuangkan nama bangsa di mata dunia internasional. Tidak lemah dan plin-plan.

Sabtu, 19 November 2011

Palestina vs Israel

Bukittinggi, Senin 12 Januari 2009
 
Berikut ada 2 tulisan yang cukup menarik yang saya dapat dari milis yang saya ikuti. Semoga dapat membuka wawasan tentang konflik Palestina - Israel. Terus terang gerah juga karena masih banyak pihak yang kurang peduli dengan masalah ini.

***

Perseteruan Abadi Israel v Palestina demi Historical Right

Kepahitan Sejarah Telah 35 Abad


Sejarah mencatat, tak ada perseteruan dan permusuhan yang sedemikian lama ''seabadi'' kasus Israel-Palestina, musuh bebuyutan sejak abad 14 SM sampai sekarang abad 21 M. Tak kurang dari 35 abad perseteruan itu belum juga menemukan jalan damai yang diimpikan.

Bandingkan dengan perang dingin Rusia v Amerika, yang tak lebih satu abad telah berakhir dengan pecahnya Rusia pasca glasnost dan perestroika. Perang ideologi besar dunia komunis versus kapitalis juga telah berakhir dengan ambruknya masing-masing ideologi. Komunisme telah luruh menjadi neo-komunisme sejak RRC menjadi negara yang membuka modal kapitalis.

Sebaliknya, kapitalis juga ambruk seiring runtuhnya ekonomi dunia yang episentrumnya ada di Amerika. Dan kini sedang berproses mencari model baru kapitalisme (neo kapitalisme) .

Ringkasan Sejarah dan Ibrah

Bani Israil adalah golongan keturunan Nabi Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim as, juga dikenal dengan nama Yahudi. Sejarah Bani Israil bermula ketika Nabi Ibrahim mengembara bersama pengikutnya menyeberangi Sungai Eufrat menuju Kan'an (kini Palestina). Ibrahim mempunyai dua orang istri. Dari istri mudanya, Siti Hajar, dia dikaruniai seorang anak bernama Ismail. Dari istri tuanya, Siti Sarah, dia dikaruniai seorang anak bernama Ishaq.

Sewaktu wafat, Ibrahim meninggalkan putranya yang kedua, Ishaq, di Kan'an dan putanya yang pertama, Ismail, di Hedzjaz (kini menjadi wilayah barat kerajaan Arab Saudi, yaitu Makkah, Madinah, Taif, dan Jeddah).

Konon, pengasingan dua anak yang berjauhan itu akibat perseteruan dua istri Ibrahim -Sarah dan Hajar- yang tidak akur. Dari sinikah awal perseteruan Israel-Palestina tersebut dimulai? Wallahu a'lam, karena ada yang bergumam, seandainya Ibrahim tidak beristri dua, niscaya dunia tidak seperti ini.

Ismail akhirnya menjadi bapak bagi sejumlah besar suku bangsa Arab, garis keturunannya hingga nabi terakhir Muhammad saw. Ishaq mempunyai dua anak, yakni Isu dan Ya'qub, yang disebut terakhir dikenal juga sebagai Israel dan darinyalah berasal keturunan Bani Israil.

Ya'qub mempunyai dua istri. Dari keduanya, dia dikaruniai 12 orang anak.
Yakni, Raubin, Syam'un, Lawi, Yahuza (asal kata "Yahudi"), Yassakir, Zabulun, Yusuf as, Benyamin, Fad, Asyir, Dan, dan Naftah. Dari 12 putranya itulah kemudian keturunannya berkembang.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, orang-orang Israel sudah menjadi satu suku besar dan berpengaruh, mengembara ke berbagai daerah. Akhirnya, melalui pantai timur Laut Tengah, mereka sampai ke Mesir (ketika keluarga Ya'qub menemui Yusuf as yang telah menjadi orang kepercayaan Firaun di Mesir).

Di balik kisah keluarga Ya'qub, kebiadaban dan kelicikan anak-anak Ya'qub (baca: Bani Israil) sudah terbaca saat mereka tega memasukkan Yusuf as ke sumur tua karena iri hati lantaran Yusuf lebih disayangi ayahnya. Liciknya, mereka tega menyusun skenario alibi bahwa Yusuf dimakan serigala (dikisahkan
dalam QS Yusuf).

Selama 100 tahun di Mesir, Bani Israil hidup dalam suasana aman dan makmur, tetapi berikutnya adalah masa-masa pahit karena penderitaan kerja paksa di Piton. Kemudian, Nabi Musa (cucu Ya'qub keturunan dari Lawi) membawa kaumnya kembali ke Palestina. Usaha Nabi Musa as untuk membawa Bani Israil masuk
Palestina tidak berhasil karena umatnya membangkang hingga nabi wafat.

Akhirnya diteruskan oleh sahabatnya Yusa bin Nun. Dia membawa mereka memasuki Palestina melalui Sungai Yordan memasuki Kota Ariha dengan membunuh seluruh penduduknya. Dengan peristiwa itu, mulailah zaman pemerintahan Bani Israil atas tanah Palestina dan mereka berhasil membentuk suatu umat dari berbagai suku bangsa.

Kehidupan Bani Israil di Palestina itu dapat dibagi dalam tiga zaman.
Pertama, zaman pemerintahan hakim-hakim (lebih kurang empat abad). Pada zaman tersebut, mereka mulai berubah dari cara hidup musafir kepada cara hidup menetap.

Kedua, zaman pemerintahan raja-raja (sekitar 1028-933 SM). Pada masa itulah, tepatnya pada masa pemerintahan Nabi Daud as, Bani Israil memasuki masa jaya di Palestina.

Ketiga, zaman perpecahan dan hilangnya kekuasaan Bani Israil. Setelah meninggalnya Nabi Sulaiman as kira-kira 935 SM, dia digantikan putranya, Rahub'am, tetapi keluarga Israil yang lain mengangkat saudara Rahub'am, yaitu Yarub'am. Dari sini mulailah Bani Israil memasuki masa perpecahan.

Sementara itu, Kerajaan Mesir di selatan kembali jaya, demikian pula Suriah di utara. Keadaan tersebut menyebabkan wilayah Israil di Palestina bagai wilayah kecil yang terjepit celah-celah dua rahang mulut musuh yang menganga. Menjelang tahun 721 SM, kerajaan Israil lenyap dihancurkan oleh tentara Asyur (kini Iraq).

Dengan demikian, Bani Israil hanya sempat hidup menetap selama periode 1473-586 SM. Setelah itu, mereka berpencar kembali ke berbagai negara, seperti Mesir dan Iraq.

Kehancuran Israel lebih tragis lagi saat pasukan Romawi menaklukkan Palestina dan menduduki Baitulmaqdis. Panglima Titus Flavius Vespasianus sempat memusnahkan Jerusalem karena terjadi pemberontakan Yahudi di situ. Akhirnya, Bani Israil berhasil menyelamatkan diri lari ke berbagai negara, seperti Mesir, Afrika Utara, dan Eropa. Dengan ini, mulailah babak baru pengembaraan Bani Israil ke seluruh penjuru dunia.

Yahudi Tak Bisa Hidup Berdamai

Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dia telah menemukan orang-orang Israil sebagai suatu komunitas penting di sana. Maka, sebagai penghargaan terhadap mereka, Nabi Muhammad SAW menyusun Piagam Madinah yang mengatur hidup berdampingan secara damai antara umat Islam dan umat lain, termasuk umat Yahudi.

Namun, kemudian umat Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, sehingga Alquran mengutuk mereka secara terus-menerus sebagai orang yang mengkhianati janji dan mereka diusir dari Madinah.

Diakui Bani Israel memang diberi kelebihan Tuhan berupa otak yang cerdas, tetapi angkuh, sombong, dan rasis. Justru karena keangkuhan dan arogansinya itulah, mereka (Bani Israel) dikenal sebagai umat ngeyel, pembangkang (QS Al Baqarah). Meski kepadanya Tuhan mengutus beberapa nabi berturutan (Ya'qub, Yusuf, Musa, Harun, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, dll) alih-alih mereka mentaati nabinya, bahkan ada yang membunuhnya. Kebiadaban yang sulit diceritakan dengan kata-kata.

Sejak awal pengembaraan ini sampai abad ke-19 (kira-kira 25 abad), orang Yahudi tidak banyak diperbincangkan. Hanya tercatat bahwa mereka terbuang dari satu daerah ke daerah lain atau terusir dari satu negara ke negara lain, sebaliknya umat Islam mengulurkan tangan kepada mereka.

Pada akhir abad ke-19 dan seterusnya, keadaan berbalik. Perang Dunia I dan Perang Dunia II mengubah nasib bangsa ini. Cita-cita zionisme ditunjang dengan semangat yang tinggi oleh seluruh peserta perang, kecuali Nazi Jerman. Dengan cara khusus, berangsur-angsur umat Yahudi bergelombang memasuki daerah Palestina.

Komisi persetujuan Amerika-Inggris memberi rekomendasi terhadap satu rombongan besar kaum ini untuk memasuki Palestina. Sampai pertengahan abad ke-20, dalam tempo 30 tahun, mereka yang memasuki Palestina mencapai angka 1.400.000 jiwa, hampir sama dengan jumlah penduduk asli Palestina.

Pada 1947, pemenang Perang Dunia II menghadiahkan satu negara Israel untuk orang Yahudi di Palestina. Negara ini sampai sekarang merupakan duri dalam daging bagi dunia Arab. Akibatnya, negara-negara Arab di satu pihak dan Israel di pihak lain merupakan dua kubu yang saling berhadapan. Peperangan antara dua kubu itu tidak putus-putusnya hingga kini, terhangat, ditandai dengan serbuan ke jalur Gaza yang membunuh ratusan korban tak berdosa.




Berkedok Historical Right

Gelombang imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina itu didorong oleh semangat zionisme pimpinan Theodor Herzl (1860-1904), mereka adalah orang-orang yang memiliki keyakinan agama yang sangat lemah, jika tidak ada sama sekali. Mereka melihat "keyahudian" sebagai sebuah nama ras, bukan masyarakat beriman. Mereka mengusulkan agar orang-orang Yahudi menjadi ras terpisah dari bangsa Eropa, yang mustahil bagi mereka untuk hidup bersama dan penting artinya bagi mereka untuk membangun tanah air sendiri. Mereka tidak mengandalkan pemikiran keagamaan ketika memutuskan tanah air manakah seharusnya itu.

Herzl, sang pendiri zionisme, suatu kali memikirkan Uganda, lalu dikenal sebagai "Uganda Plan". Sang Zionis kemudian memutuskan Palestina karena mereka merasa mempunyai hak sejarah (historical right) atas bumi Palestina. Tegasnya, Palestina dianggap sebagai "tanah air bersejarah bagi orang-orang Yahudi".

Sang zionis melakukan upaya-upaya besar untuk mengajak orang-orang Yahudi lainnya menerima gagasan yang tak sesuai agama ini dan mulai berpendapat bahwa Yahudi tidak dapat hidup dengan damai dengan bangsa-bangsa lainnya, bahwa mereka adalah "ras" yang tinggi dan terpisah. Karena itu, mereka harus bergerak dan menduduki Palestina.

Logika zionisme yang nasionalis, rasis, dan kolonialis inilah yang menginspirasi semua penjajahan dan semua peperangan. Tidak ada masa depan atau keamanan bagi Israel dan Timur Tengah, kecuali jika Israel meninggalkan paham zionismenya dan kembali ke agama Ibrahim. Warisan bersama tiga agama wahyu yang pro kasih sayang dan persaudaraan: Yudaisme, Nasrani dan Islam.

Dipilihnya Palestina sebagai negara zionis karena "historical right" adalah alasan yang dicari-cari dan dipaksakan. Bukankah sejak abad ke-5 SM yahudi di Palestina tinggal sedikit yang tersisa, karena menyebar, berlarian mengembara ke seluruh penjuru dunia? Pantaskah bangsa yang sudah meninggalkan tanah kelahirannya 25 abad, lalu memaksakan diri kembali ke tanah asal dengan klaim mempunyai hak sejarah?

Lebih naif lagi jika semangat "mudik" itu harus diikuti dengan peperangan dan membunuh penduduk asli Palestina yang sudah menempatinya ribuan tahun dan puluhan generasi.

Melihat arogansi zionisme yang rasis, kolonialis, serta tidak bermotif iman dan damai, mestinya Israel bukanlah sekadar musuh Palestina, bukan pula musuh negara-negara Arab, atau bukan pula musuh Islam, tetapi musuh bersama dunia semua agama yang cinta damai. Sebab, jika zionisme sekuler yang menjadi mind-set nya, tidak akan pernah bisa hidup secara damai dengan siapa pun, di mana pun, dengan agama apa pun.

***

Ngapain sih mendukung Palestina?

Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?
Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah, dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.
Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia malah berhutang dukungan untuk Palestina.

Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
".., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian "Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga menyiarkan." Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia , Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia .."
Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.


Dukungan Mengalir Setelah Itu
Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk 'Panitia Pembela Indonesia '. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.

Di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya , demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said.
Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih –tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk "Volendam" bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr. Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.

Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:

"Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejurusan lain."
Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46(?) dengan nada ***** menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme- Islam di Asia dan Dunia Arab. "Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan diri dari Eropa."


Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan peran bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu perdjoeangan kit..(Lihat foto bung Hatta, Hj Agus Salim, Mufti Palestina, dan pemimpin Mesir di attachement supaya kita kenal wajah wajah dari tokoh pembela Indonesia ini)

Statement Tokoh dalam buku ini:

Dr. Moh. Hatta
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau."

A.H. Nasution
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan IranTurki mendukung RI. Fakta-2 ini merupakan hasil perdjuangan diplomat-2 revolusi kita. Dan simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-2 Timur Tengah merupakan modal perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 : "ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

"Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta mencintai antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota berasa sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan tidak dapat tidur." (HR Bukhari)

Jumat, 18 November 2011

Ocean Heaven

Film yang telah saya tonton cukup lama. Masuk kategori koleksi karena merupakan film drama pertama Jet Lie.

Anda tidak akan menemukan adegan action satupun dalam film Ocean Heaven (OH). Jet Li yang selama ini kita kenal sebagai bintang laga akan bermain full drama.  OH diangkat dari kisah nyata tentang seorang ayah single parent yang harus merawat putra laki-laki satu-satunya penderita autis.


Di awal cerita kita akan menyaksikan Lao Wang (Jet Li) mengajak sang putra Da Fu (Wen Zhang) untuk bunuh diri. Wang mengikat kakinya dan Da Fu dengan pemberat kemudian mereka terjun ke laut. Namun Da Fu adalah seorang perenang yang lihai, ia berhasil melepaskan ikatan pada kakinya. Peristiwa itu membuat Wang yang berprofesi sebagai teknisi di tempat wisata laut berpikir untuk melatih Da Fu agar dapat hidup mandiri.



Da Fu sang penderita autis dalam film ini telah berusia 21. Seorang yang perfeksionis selalu menata dan meletakkan sesuatu dengan sempurna. Di usia yang sudah cukup dewasa ini iapun memiliki kecenderungan terhadap lawan jenis. Siapa wanita yang disukai Da Fu dan mengapa Wang ingin mengajaknya bunuh diri? Silakan temukan dalam film yang berhasil membuat saya berkaca ini.



Tak salah OH mendapat rating 8 dari 10 di IMDb. Akting Jet Li sungguh memukau. Saya yakin penonton dapat benar-benar merasakan rasa cinta seorang ayah pada anaknya. Pesan moral lain yang bisa kita tangkap adalah jika kita baik pada orang lain maka orang lainpun akan baik pada kita. Hal ini cukup menarik dan saya perhatikan selama film. Bagaimana Wang berinteraksi dengan tetangga dan bosnya hingga pertolongan tak terduga yang ia dapatkan.



Film ini memiliki alur sedang sehingga kita dapat menikmatinya dengan santai.Namun akan tak terasa hingga kita benar-benar terbawa cerita. Dua teman laki-laki yang saya ajak bahkan tak tahan untuk meneteskan air matanya padahal saya tahu mereka berdua bermental rambo. Semoga anda berkesempatan menonton film yang didedikasikan untuk orang tua biasa berhati mulia ini.

Kamis, 17 November 2011

Catatan Harian Si Boy: Pelepas Dahaga di Kala Sepi

sumber foto: https://www.facebook.com/CatatanSiBoy

Sudah cukup lama saya tidak menulis ulasan film. Film terakhir yang saya ulas adalah Ocean Heaven, film non action pertama Jet Lie. Kali ini saya akan mengulas tentan film Catatan Harian Si Boy. Film perdana besutan sutradara muda Putratma Tuta yang berhasil membuat saya berdecak kagum sepanjang pertunjukan. Saya berani mengatakan film ini masuk kategori bagus di tengah dahaga sepinya film-film bermutu Indonesia. Saya beri rate 4 dari 5. Indikator bagus menurut saya adalah ketika penonton bisa menikmati setiap alur film dengan nyaman dan akhirnya tanpa terasa film tersebut sudah berakhir.

Film ini di mulai dengan adegan tokoh utama Ario Bayu (Satrio) mengejar Onky Alexander (Boy) yang akan terbang dengan menggunakan helikopter. Selanjutnya adalah adegan nge-drift di Bunderan HI dan kejar-kejaran dengan polisi. Pembukaan ini menurut saya cukup bagus. Sangat niat karena harus mengosongkan Bunderan HI dan menggunakan jasa Rifat Sungkar untuk adegan nge-drift ini. Selanjutnya film benar-benar mengalir dan rapi. Penulis skenario Priesnanda Dwisatria, Ilya Sigma Tuta berhasil menghadirkan dialog-dialog yang renyah, membuat penonton tertawa dan sarat pesan moral walau disampaikan dengan cara khas anak muda zaman sekarang.

Secara garis besar CHSB berkisah tentang Satrio yang berusaha membantu Carissa Putri (Natasya) untuk menemukan pemilik buku harian yang selalu dipegang ibunya yang sedang sakit keras, Nuke. Namun, tokoh Nuke tidak diperlihatkan sama sekali di film ini. Sekedar mengingatkan tokoh Nuke di film Catatan Si Boy tahun 1987 diperankan oleh Ayu Azhari. Konflik yang terjadipun sebenarnya sangat biasa yaitu tentang persahabatan yang retak ketika sang tokoh utama terlibat cinta dengan seorang wanita yang sudah mempunyai pacar. Pacar Natasya diperankan oleh Paul Foster (Nico), aktor debutan asal Singapura keturunan Inggris dan Cina.

Hampir tak ada cela berarti dari para pemeran CHSB kecuali Carissa Putri yang kurang bisa memainkan peran sedih. Ario Bayu yang berperan sebagai Satrio berhasil menciptakan role model baru setelah Onky Alexander. Tokoh Satrio dibuat tidak sesempurna Boy. Sahabat-sahabat Satrio juga memberikan warna tersendiri. Nina (Poppy Sovia), Abimana Satya (Andi), Albert Halim (Herry) serta Tara Basro (Putri, adik Aryo) berhasil membuat CHSB semakin hidup. Dialog-dialog yang cair seperti tidak dibuat-buat membuat penonton akrab dan merasa dekat dengan Satrio cs. Terutama buat tokoh Andi dan Herry, mereka sangat menghibur. Kalau ada penghargaan peran pendukung terbaik saya harap salah satu dari tokoh-tokoh sahabat Ario tersebut berhasil jadi pemenang. Kehadiran Onky Alexander, Didi Petet, daan Leroy Osmani, Btari Karlina yang merupakan pemain Catatan Harian Si Boy membuat film bukan remake-nya ini semakin lengkap. Kalau ada yang sedikit disayangkan adalah tidak tampilnya Dede Yusuf yang dulu berperan sebagai Kendi dan Ayu Azhari sebagai Nuke.

Terakhir saya sangat berharap CHSB dibuat sekuelnya. Banyak pilihan cerita untuk melanjutan film Catatan Harian Si Boy ini. Tidak mengikutsertakan kembali Carissa Putri dan menggantinya dengan tokoh lain yang lebih berkarakter adalah “evaluasi” saya untuk film ini. Semoga semakin banyak film Indonesia yang bisa dinikmati sehingga kita tidak perlu merasa kehilangan atas ketidakhadiran film-film Hollywood di Tanah Air.

annoying

Aku tak pernah percaya keberuntungan
mungkin sekali waktu kau merasa untung
tapi yakinlah di waktu lain ada usaha yang harus dilebihkan

Aku yakin, seseorang hanya akan mendapatkan hasil sesuai usaha yang telah dilakukan
tak ada kebetulan di dunia ini
bahkan daun kering yang jatuh ke tanah adalah kehendakNYA.

Sebuah kebaikan yang dilakukan akan mengiringi kebaikan yang lain
begitu juga hal buruk

Setiap manusia punya alarm alami yaitu nurani
tapi sering kita mengabaikan suara sang hati ini

Ketika perubahan ke arah lebih baik kita lakukan
sungguh sama sekali tak ada yang dikorbankan
kecuali keburukan dan kesia-siaan itu sendiri.

Lembah Kapuk, 120511, 11.03 pm

Rabu, 16 November 2011

Tugas Mereka Memang Bertanya dan Berwacana

Topik yang masih sangat relevan hingga saat ini. Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam Liberal saya rekomendasikan buku Islam Liberal 101 karangan Akmal Sjafril.


Depok, 27 September 2007,
Beberapa bulan yang lalu seorang teman bercerita, bahwa Ia sedang dekat dengan seorang pentolan Jaringan Islam Liberal. Hal ini karena ada sebuah proyek yang harus dikerjakan bersama. Ia menanyakan beberapa hal pada saya tentang diskusinya dengan tokoh JIL tersebut. Saya jawab sesuai pengetahuan yang saya ketahui. Di akhir cerita saya berpesan, hati-hati. Karena apabila logika berpikir tokoh JIL itu bisa cocok dengan logika berpikirnya maka ya…dia bakal “lewat”.

Tak lama setelah kejadian itu, tapi Saya lupa tepatnya. Saya menemukan penjelasan menarik tentang bagaimana mematahkan argumen orang-orang Islam Liberal. Paradigma fikih liberal, menurut Prof. Ibrahim Hosen, dalam Jalan Cinta Para Pejuang Salim A. Fillah, terutama memandang sebuah nash atau teks Al Quran dan hadits bukan dalam harfiah teksnya, tapi menggali untuk menemukan ruh atau semangatnya. Orang liberal biasanya memandang ayat Al Quran secara demikian. Contohnya kalangan liberal mengatakan jilbab sudah tidak relevan lagi dengan keadaan saat ini. Mereka menyandarkan statement itu pada Q.S Al Ahzab ayat 59 yang artinya: “ Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. “ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Menurut mereka konteks waktu itu adalah supaya wanita-wanita muslim tidak diganggu (identitas dan perlindungan), jadi tidak lagi sesuai dengan saat ini. Sehingga cukuplah hanya berpakaian sopan tanpa mengenakan jilbab. (definisi sopannya pun tidak jelas seperti apa). Dalam paradigma ilmiah sederhana cara berpikir seperti ini jelas mudah sekali terbantai. Mengeser pemahaman dari makna harfiah lafadz ke arah “semangat”-nya berarti mengeser objektivitas teks kepada subjektivitas penafsir. Hal ini menunjukkan paradigma berpikir orang liberal memang tidak didasarkan pada objektivitas ilmiah.

Ada satu hal lagi yang harus kita perhatikan. Para ulama membedakan alasan hukum dan hikmah suatu hukum. Hilangnya hikmah tidak otomatis meniadakan hukum. Haramnya daging babi sampai kiamat tidak akan pernah berubah.Hal ini karena Allah memang menyatakan demikian, hikmah bahwa daging babi adalah vektor penyebaran berbagai penyakit, dan dalam dagingnya terkandung berbagai bakteri dan cacing pita adalah hal lain yang tidak dapat menggugurkan hukum. Jadi walaupun suatu saat nanti ditemukan cara pengolahan yang dapat menghilangkan semua potensi negatif tersebut, hukum mengkonsumsi daging babi tetap haram. Karena bahkan sampai kiamat nanti, tidak akan ada perubahan sedikitpun dalam ayat Allah yang mengharamkannya. Sungguh mulia Islam yang pasti memberikan hikmah dari setiap hukum yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Di sinilah keimana kita diuji, apakah kita benar-benar mau menjalankan setiap hukum yang secara jelas tersurat dalam Al Quran. Tapi tentang bagaimana cara memahami atau mengiterpretasikan Al Quran belum akan saya bahas saat ini.

WAllahu’alambishowab.

Selasa, 15 November 2011

Rendang

Idul Qurban identik dengan daging. Salah satu olahan masakan yang sangat terkenal yang terbuat dari daging adalah rendang. Berikut masih merupakan tulisan lama saya tentang kuliner terlezat di dunia tersebut.


Rendang adalah masakan khas Minang. Kelezatannya sangat ternama dan hampir disenangi oleh berbagai tipe lidah manusia di dunia. Hari Raya (Idul Firti dan Idul Adha) selalu identik dengan rendang dan apabila dipadukan dengan lontong gulai nangka, amboi sungguh makyus. Tapi apa lacur bagi mahasiswa rantau seperti saya hari raya terutama Idul Fitri adalaha sebuah mimpi buruk. Warung-warung makan tutup. Selama tiga hari setelah Idul Fitri biasanya mahasiswa rantau yang tidak pulang hanya makan mie instan.


Hari Idul Adha tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya saya tidak (mungkin) pulang. Tahun sebelumnya saya selalu ke rumah kakak sepupu di Cimanggis tapi tahun ini saya memilih hanya di kosan. Berkumpul bersama para bujang lapuk penghuni Wisma Ren yang telah lebih dari empat tahun bersama.


Pagi-pagi kami Sholat Ied di Mesjid Jami’ Al Hidayah yang hanya berjarak lima rumah dari kosan. Setelah itu kami semua mati gaya, nonton tv sampai tertidur. Namun, setelah dzuhur Wahyu yang telah memiliki penghasilan tetap membelikan kami 2 botol besar minuman bersoda plus kacang kulit. Lumayan ada icip-icip di Hari Raya. Setelah itu kami kembali mati gaya.


Keadaan berubah menjadi lebih seru ketika Tupon datang membawa daging qurban dari kantornya. Rencananya daging tersebut akan dibuat rendang. Saya jadi tertantang ingin mempraktikan membuat rendang. Selama ini saya sering mengamati ketika mama membuat rendang. Berikut langkah-langkap membuat rendang khas Minang. Terima kasih buat mama yang telah memberikan pengarahan singkat via telpon.


Bahan:

1.      Daging sapi lebih kurang 1 kg.

2.      Santan dari 4 butir kelapa.

3.      Bumbu rendang* (kami memakai bumbu giling yang dibeli dari pasar tradisional).



Proses pengolahan:

1.      Potong-potong dan cuci daging sampai bersih.

2.      Campurkan daging dengan bumbu rendang.

3.      Didihkan santan kelapa dengan api kecil.

4.      Setelah santan mendidih masukkan daging yang telah dicampur bumbu. Kemudian aduk rata.

5.      Masakan harus sering diaduk dan jangan lupa gunakan api kecil


Note:
1.Sampai tulisan ini di-posting rendang belum jadi, masih dalam bentuk kalio.

2. Daging mulai dimasukkan ke santan mendidih pada pukul 16.40

*bumbu rendang terdiri dari: lengkuas, jahe, bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabe merah, garam.


Senin, 14 November 2011

Gedung Rektorat Universitas Indonesia

Gedung Rektorat Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat. 
Lupa motret pakai kamera siapa tapi yang jelas waktunya adalah ketika wisuda UI.

TEPAT WAKTU ADALAH KOMITMEN*

Seperti yang saya tulis di postingan pertama ketika membuat blog ini bahwa setiap orang berhak menuliskan sejarahnya sendiri. Berikut salah satu tulisan yang jadi bagian sejarah hidup saya. Pengalaman aktif di Ikatan Mahasiswa Minang UI pada medio 2007-2008 memberi warna tersendiri bagi perjalanan hidup saya. 


TEPAT WAKTU ADALAH KOMITMEN*

Itulah kata-kata yang diucapkan Basrizal Koto untuk ”menampar” panitia yang terlambat memulai acara dalam sebuah seminar yang menurut saya cukup sukses yang diselengarakan oleh IMAMI UI dalam masa kepengurusan Kabinet Gotong Royong Badunsanak 2007/2008.”Bagaimana seseorang dapat dipercaya untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar jika untuk mengendalikan hal sepele(waktu) saja tidak bisa”,lanjutnya kala itu.

Waktu,adalah hal paling berharga yang harus kita kelola dalam hidup ini.Waktu tidak akan pernah kembali walau sedetikpun.Hal ini sangat sesuai dengan moto hidup saya:”Jangan pernah menyesali waktu yang telah berlalu,karena waktu itu tak akan pernah kembali.Berusahalah melakukan hal yang lebih baik dari waktu sebelumnya.”Hal ini lah yang coba saya terapkan di kepengurusan Kabinet Gotong Royong Badunsanak IMAMI UI 2007/2008 khususnya di Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM).Kami berkomitmen untuk selalu tepat waktu dalam melaksankan rapat,berbagai program kerja dan segala hal yang menyangkut “hajat hidup” orang banyak.Saya pernah mengatakan pada para PSDM-esr,”terserah teman-teman ingin terlambat kalau hal itu hanya menyangkut diri sendiri,tapi jangan pernah terlambat kalau hal tersebut menyangkut kepentingan orang lain.Jangan pernah buat orang menunggu dan kecewa karena kita”.Kami bahkan sampai sepakat mengenakan denda bagi anggota yang datang terlambat dalam setiap rapat yang telah disepakati.Banyak yang mengatakan bahwa hal ini agak berlebihan untuk diterapkan pada sebuah paguyuban seperti IMAMI.Namun,seperti yang saya baca dalam Change karangan Rhenald Kasali,bahwa setiap perubahan yang dilakukan pasti akan menuai tantangan dari berbagai pihak karena mereka tidak ingin keluar dari comfort zone-nya.

Saya yakin dengan perubahan yang saya lakukan.Hal ini terbukti dengan tingginya komitmen rekan-rekan PSDM untuk melaksanakan berbagai proker yang telah direncanakan dengan sangat baik,sesuai dengan jargon kami:sehati berkontribusi untuak nagari.

 Namun ada satu hal yang sedikit saya sayangkan,yaitu saya belum bisa menularkan ”budaya” kami itu ke divisi lain dalam Kabinet Goro Badunsnak dan IMAMI secara umum.Tapi sesuai matto hidup saya,saya tidak akan menyesali hal tersebut.Saya ingin “cacat” itu dapat berubah,jadi lebih baik di masa datang dan teman-teman 2007-lah yang akan mewujudkannya.Jangan pernah lagi mengamalkan penyataan bahwa “budaya ngaret adalah budaya orang Minang”.Tepat waktu adalah komitmen.Komitmen mendorong kepercayaan dan semangat kerja dan perubahan membutuhkan komitmen(Kasali,Rhenald,2005).

Saya yakin teman-teman 2007 dapat mewujudkan hal tersebut,sehingga IMAMI tidak hanya dapat berkontribusi maksimal bagi nagari (Sumbar) khususnya,tapi juga bagi negara Indonseia secara umum.Terus semangat terhadap setiap perjuangan yang akan dilakukan dan luruskan niat hanya untuk mendapat keridhaan Allah SWT.






*diambil dari LPJ Divisi PSDM IMAMI UI 2007/2008
Special thanks for the agents of change:che2,dhita,sari,ucok,yenti.what a great team guys!           

Minggu, 13 November 2011

Jika Bangladesh bisa mengapa kita tidak!

Tulisan lama dari multiply. Saya akan pindahkan beberapa tulisan lama saya ke blog ini. Lumayan untuk menambah isi sambil menunggu ilham membuat tulisan baru.


Kemiskinanan adalah suatu problematika bangsa yang tidak akan pernah ada habisnya, seperti sebuah fenomena gunung es, yang tampak ke permukaan jauh lebih kecil dari pada apa yang terdapat di bawahnya. Menurut Muhammad Yunus, pemenang nobel perdamaian tahun 2006 asal Bangladesh, kemiskinan seperti pohon bonsai. Ia tumbuh kerdil karena akarnya tumbuh dalam wadah terbatas. Akarnya tak cukup kuat untuk mencari makan ke mana-mana karena ia dibatasi. Selama ini diskusi tentang kemiskinan masih berputar-putar di sekitar perdebatan mengenai berapa jumlah orang miskin.

Angka-angka statistik mengenai jumlah orang miskin terkesan sebagai angka politis yang kadang kala menyesatkan.”Kita ambil contoh tentang trend orang miskin yang terus menurun dari 30 juta orang pada tahun 1987 menjadi 27,2 juta orang pada tahun 1990 dan menjadi 25,5 juta orang pada tahun 1993” ( Sjahrir dalam Widjojo Nitisastro 70 tahun Pembangunan Nasional : Teori, Kebijakan dan Pelaksanaan, 1997 : 1106 ). Kesan bahwa angka statistik kemiskinan merupakan angka politis rasanya tidak berubah sampai saat ini. Berdasarkan data terbaru Biro Pusat Statistik angka kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan selama periode 3 tahun terakhir (2005-2007). Pernyataan Sjahri diatas, kalau bisa kita katakan sebagai sebuah teori jelas bisa kita buktikan saat ini, setelah 10 tahun kemudian Indonesia telah mengalami berbagai hal bersejarah,yang paling berpengaruh tentu saja Reformasi 1998.Namun, hal ini tidak mengubah trend tentang cara penghitungan jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Kemiskinan merupakan fenomena ekonomi yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah pengangguran. Kita akan ambil contoh tentang masalah kemiskinan di Kota Depok, yang merupakan kota termuda di Propinsi Jawa Barat. Menurut Kepala Badan Perencanaan Daerah ( Bapeda ) Kota Depok, Khamid Wijaya, kontribusi terbesar masalah kemiskinan di Kota Depok adalah pengangguran. Dalam bukunya, Mankiw ( 2003:170 ) menungkapkan bahwa, ”pengangguran menunjukkan sumberdaya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi untuk memberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak melakukannya.” Betapa sia-sianya jika potensi ( penganguran ) tersebut tidak dimanfaatkan, walaupun selama ini masyarakat kita sangat menganggap rendah para penggur. Mereka dianggap pemalas dan biang permasalahan ekonomi ( kemiskinan ).

Data penduduk miskin di Kota Depok tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1.    Kecamatan Sawangan 21.235 orang
2.    Kecamata Limo 9.851 orang
3.    Kecamatan Beji 11.044 orang
4.    Kecamatan Pancoran Mas 28.232 orang
5.    Kecamatan Cimanggis 30.702 orang
6.    Kecamatan Sukma Jaya 23.642 orang
Sumber: www.republika.co.id

Berdasarkan data diatas maka warga miskin di Kota Depok adalah 8,8% dari total jumlah penduduk kota Depok. Sementara itu, menurut data dari Portal Pemerintah Kota Depok angka pengangguran pada tahun 2005 di kota tersebut adalah 8,84% dari 617 ribu jiwa angkatan kerja. Kita dapat melihat betapa besar  potensi yang sebenarnya dapat dimanfaatkan. Namun, untuk dapat menggali potensi ini harus dilakukan perubahan yang cukup mendasar terhadap pengangguran. Rhenald Kasali ( 2005 ) mengungkapkan bahwa, “Perubahan pada dasarnya bukanlah menerapkan teknologi, metode, struktur atau manager-manajer baru. Perubahan pada dasarnya adalah mengubah cara manusia dalam berpikir dan berperilaku.” Perubahan pola pikir dan perilaku inilah yang harus dilakukan untuk dapat mengatasi masalah kemiskinan yang sangat erat dengan pengangguran. Bagaimana kita memandang bahwa angka penganguran adalah sebuah modal dasar untuk melakukan hal-hal besar.

Masalah pengangguran dan kemiskinan dapat diselesaikan dengan beberapa cara. Cara-cara berikut minimal dapat mengurangi kemiskinan karena rasanya kita tidak akan dapat menghilangkannya sama sekali.

1.Pemerintah dapat mendorong investasi secara besar-besaran guna menciptakan lapangan kerja seluas mungkin. Terciptanya lapangan kerja otomatis akan menekan angka kemiskinan. Program-program padat karya perlu dilaksanakan untuk mensukseskan pelaksanaan investasi besar-besaran yang telah dilakukan ini. Investasi secara cepat dan besar-besaran dapat membuka peluang usaha dan ekonomi bagi masyarakat miskin. Penciptaan iklim investasi yang kondusif merupakan peran pemerintah yang sangat penting karena hal ini akan melibatkan berbagai pihak dari luar yang ingin menjadi investor.

2.Membangun Banking for the poor seperti yang telah diterapkan Muhammad Yunus di Bangladesh untuk membantu kaum miskin di sana. Cara ini dinilai cukup ampuh karena kita tidak terlalu perlu melibatkan pemerintah. Kita dapat menjalankan program ini dengan hanya bergerak atas nama perorangan atau kelompok. Ketika melaksanakan program ini Muhammad Yunus mengawalinya dengan melakukan kunjungan ke lapangan. Dari sana ia menemukan seorang wanita yang sedang membuat kursi bambu dan hanya memperoleh untung yang sangat sedikit. Kemudian dilakukan observasi lebih lanjut dan diketahui bahwa sebenarnya warga miskin lain di tempat itu membutuhkan modal yang tidak seberapa. Mereka tidak mungkin mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak memiliki jaminanan, maka wajar jika masyarakat miskin ini menjadi sasaran empuk rentenir. Yang mereka butuhkan adalah pinjaman tanpa jaminan dengan bunga dan cicilan yang rendah.

Pada waktu pertama kali melaksanakan program ini Muhammad Yunus mendapatkan 42 orang yang membutuhkan bantuan dan total modal yang dibutuhkan cuma US$27. Dengan nilai nominal sekecil ini kita tidak memerlukan bantuan pemerintah untuk bergerak. Pinjaman dengan sistem Banking for the poor memiliki sejumlah aturan. Pinjaman hanya diberikan kepada peminjam individual yang membentuk kelompok yang berjumlah lima orang Gagasannya adalah memberikan tekanan kelompok agar anggota-anggota lebih bertanggung jawab untuk mengembalikan pinjaman. Cara ini dikenal dengan sistem “grup solidaritas”, dimana setiap anggota kelompok kecil ini bertindak sebagi rekan-peminjam pembayaran dan mendukung usaha satu sama lain. Segera setelah pinjaman diterima mereka harus bekerja, berusaha dan mulai mencicil pada dua minggu berikutnya. Sampai tahun 2004, sistem ini telah berhasil menyalurkan pinjaman mikro sebesar US$4,5 miliar, dengan recovery rate sebesar 99%.

Melihat data ini dapat dibayangkan betapa besarnya potensi yang terdapat dalam penghimpunan kredit mikro yang selama ini mungkin disepelekan. Namun, dalam penerapannya di sini kita akan melakukan sedikit modifikasi dengan tidak memberlakukan sistem bunga ( walaupun kecil ) untuk menjaga keberlangsungan Bank for the poor. Kita akan menerapkan sistem bagi hasil ( syariah ) untuk menghindari unsur ribawi.

Jika kita lihat di lingkungan sekitar potensi untuk melaksanakan sistem peminjaman modal seperti sistem Bank for The Poor sangat besar .Betapa banyak orang sekelas Muhammad Yunus di Indonesia, bahkan kalau mau mahasiswa pun dapat mencoba menerapkan sistem ini di lingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing. Karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya kita dapat menjalankan sistem ini tanpa bantuan pemerintah.Sekarang tinggal ada kemauan untuk melaksanakan dan memulainya dari bawah.

‘Kita semuanya terpenjara,namun beberapa di antara kita berada dalam sel berjendela. Dan beberapa lainnya dalam sel tanpa jendela’ -Kahlil Gibran-

*tiada menyangka kalau esai ini berhasil mengantarkan saya untuk ikut FIM 6 Mei 2008 yang lalu.

Sabtu, 12 November 2011

11-11-11

Berusaha menulis secara reguler karena setiap orang berhak menuliskan sejarahnya sendiri.