Selalu ada hikmah dibalik setiap
peristiwa. Hari ini lembaran baru sejarah Indonesia dimulai. Pembuka harapan
bagi anak bangsa biasa yang bermimpi jadi pemimpin tertinggi negeri ini.
Kalau untuk jadi presiden harus
berlatar belakang militer tentu sangatlah eksklusif. Apalagi peluangnya hanya
ada jika berhasil berpangkat jenderal. Jenderal hanya mungkin diperoleh
orang-orang yang mengenyam pendidikan di akademi militer (akmil). Dari alumni
akmil tersebut hanya maksimal 10-30% yang akan bisa meraih pangkat jenderal
bintang satu. Peluang semakin mengecil untuk menjadi jenderal bintang 4.
Kalau untuk jadi presiden harus
bergelar profesor doktor alangkah lebih malangnya. Saat ini, menurut data Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jumlah warga negara
yang sudah meraih gelar S-3 di Indonesia baru 98 orang per satu juta penduduk. Bandingkan dengan 240 juta rakyat Indonesia.
Kalau untuk jadi presiden haruslah
anak presiden pula atau keturunan ulama besar tentu lebih celaka lagi. Bagai
menegakkan benang basah. Hampir tak mungkin bagi rakyat jelata.
Pemimpin adalah cerminan orang-orang
yang dipimpin. Mungkin Indonesia lebih butuh pemimpin yang membumi. Pemimpin
yang memang cerminan kondisi sebagian besar rakyatnya saat ini.
Selamat bertugas Pakde!
@rifkihidayat
20 Oktober 2014, dalam perjalanan Depok-Bekasi
20 Oktober 2014, dalam perjalanan Depok-Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar