sumber foto: https://www.facebook.com/CatatanSiBoy
Sudah cukup lama saya tidak menulis ulasan film. Film terakhir yang saya ulas adalah Ocean Heaven, film non action pertama Jet Lie. Kali ini saya akan mengulas tentan film Catatan Harian Si Boy. Film perdana besutan sutradara muda Putratma Tuta yang berhasil membuat saya berdecak kagum sepanjang pertunjukan. Saya berani mengatakan film ini masuk kategori bagus di tengah dahaga sepinya film-film bermutu Indonesia. Saya beri rate 4 dari 5. Indikator bagus menurut saya adalah ketika penonton bisa menikmati setiap alur film dengan nyaman dan akhirnya tanpa terasa film tersebut sudah berakhir.
Film ini di mulai dengan adegan tokoh utama Ario Bayu (Satrio) mengejar Onky Alexander (Boy) yang akan terbang dengan menggunakan helikopter. Selanjutnya adalah adegan nge-drift di Bunderan HI dan kejar-kejaran dengan polisi. Pembukaan ini menurut saya cukup bagus. Sangat niat karena harus mengosongkan Bunderan HI dan menggunakan jasa Rifat Sungkar untuk adegan nge-drift ini. Selanjutnya film benar-benar mengalir dan rapi. Penulis skenario Priesnanda Dwisatria, Ilya Sigma Tuta berhasil menghadirkan dialog-dialog yang renyah, membuat penonton tertawa dan sarat pesan moral walau disampaikan dengan cara khas anak muda zaman sekarang.
Secara garis besar CHSB berkisah tentang Satrio yang berusaha membantu Carissa Putri (Natasya) untuk menemukan pemilik buku harian yang selalu dipegang ibunya yang sedang sakit keras, Nuke. Namun, tokoh Nuke tidak diperlihatkan sama sekali di film ini. Sekedar mengingatkan tokoh Nuke di film Catatan Si Boy tahun 1987 diperankan oleh Ayu Azhari. Konflik yang terjadipun sebenarnya sangat biasa yaitu tentang persahabatan yang retak ketika sang tokoh utama terlibat cinta dengan seorang wanita yang sudah mempunyai pacar. Pacar Natasya diperankan oleh Paul Foster (Nico), aktor debutan asal Singapura keturunan Inggris dan Cina.
Hampir tak ada cela berarti dari para pemeran CHSB kecuali Carissa Putri yang kurang bisa memainkan peran sedih. Ario Bayu yang berperan sebagai Satrio berhasil menciptakan role model baru setelah Onky Alexander. Tokoh Satrio dibuat tidak sesempurna Boy. Sahabat-sahabat Satrio juga memberikan warna tersendiri. Nina (Poppy Sovia), Abimana Satya (Andi), Albert Halim (Herry) serta Tara Basro (Putri, adik Aryo) berhasil membuat CHSB semakin hidup. Dialog-dialog yang cair seperti tidak dibuat-buat membuat penonton akrab dan merasa dekat dengan Satrio cs. Terutama buat tokoh Andi dan Herry, mereka sangat menghibur. Kalau ada penghargaan peran pendukung terbaik saya harap salah satu dari tokoh-tokoh sahabat Ario tersebut berhasil jadi pemenang. Kehadiran Onky Alexander, Didi Petet, daan Leroy Osmani, Btari Karlina yang merupakan pemain Catatan Harian Si Boy membuat film bukan remake-nya ini semakin lengkap. Kalau ada yang sedikit disayangkan adalah tidak tampilnya Dede Yusuf yang dulu berperan sebagai Kendi dan Ayu Azhari sebagai Nuke.
Terakhir saya sangat berharap CHSB dibuat sekuelnya. Banyak pilihan cerita untuk melanjutan film Catatan Harian Si Boy ini. Tidak mengikutsertakan kembali Carissa Putri dan menggantinya dengan tokoh lain yang lebih berkarakter adalah “evaluasi” saya untuk film ini. Semoga semakin banyak film Indonesia yang bisa dinikmati sehingga kita tidak perlu merasa kehilangan atas ketidakhadiran film-film Hollywood di Tanah Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar